
Para peneliti juga menyatakan kalau tikus merupakan model terbaik untuk melihat hubungan antara obesitas dan MSG. MSG, menurut para peneliti, merupakan pemicu obesitas, diabetes tipe 2 serta sindrom metabolik x pada tikus. Bukti menunjukkan kalau MSG mengganggu hubungan endokrin antara meta-thermoregulatory modulators seperti neuropeptida dan leptin dan target mereka, brown fat. MSG mengurangi thermogenicity brom fat sambil menekan asupan makanan. Artinya, MSG akan membuat Anda obesitas bahkan saat Anda mengurangi asupan kalori.
Tidak hanya menyebabkan obesitas, berdasarkan hasil studi yang dilakukan FDA tahun 1995, konsumsi MSG bisa menimbulkan efek samping berupa:
- Rasa terbakar di bagian belakang leher, lengan depan dan dada
- Rasa kaku pada bagian belakang leher, yang akan menjalar ke lengan dan punggung
- Rasa nyeri, hangat dan lemah pada wajah, pusat, punggung atas, leher dan lengan
- Muka terasa tegang
- Sakit di dada
- Sakit kepala
- Mempercepat detak jantung
- Kesulitan bernapas
- Mengantuk
- Lemah dan lelah
Dengan melihat sebegitu banyaknya dampak negatif MSG bagi kesehatan, lebih bijaksana kalau mengurangi jumlah konsumsi MSG Anda. Apakah hanya dengan mengurangi MSG saat masak? Tentu tidak, Anda juga perlu mengurangi konsumsi produk-produk makanan olahan yang sebagian besar dilengkapi dengan MSG. Cermatlah dalam membeli makanan dengan terlebih dahulu membaca label pada kemasan.
Jika Anda tidak bisa bebas dari perasa makanan, ada baiknya menggunakan perasa makanan alami. MSG terbuat dari asam glutamat yang secara alami terdapat pada daging, tulang serta ceker ayam. Jadi, Anda bisa membuat perasa alami sendiri dengan mengolah daging atau tulang ayam menjadi kaldu dan menggunakannya sebagai penambah rasa makanan Anda. Selain rasanya yang tetap enak, sekaligus juga tidak mengganggu kesehatan. (klikdokter dari mediaindonesia)
0 komentar:
Posting Komentar